KERIS SABUK INTEN
KERIS SABUK INTEN LUK 11
PAMOR PENDARINGAN KEBAK
TANGGUH: ESTIMASI PAJAJARAN
RANGKA GAYAMAN PENDOK BLEWAH
ASAL USUL PUSAKA : PEMBERIAN AHLI SPIRITUAL DARI WONOSOBO DARI HASIL TIRAKATAN DI PUNDEN SEKITAR DAERAH DIENG
SEKILAS TENTANG KERIS SABUK INTEN
Kiai Sabuk Inten. Keris berluk 11 ini muncul dan terkenal bersama Keris Kiai Nogososro. Dua keris ini disebut-sebut sebagai warisan zaman Majapahit. Keduanya bahkan sering disebut dalam satu rangkaian Nogososro-Sabuk Inten. Tak lain karena kedua keris ini diyakini sebagai sepasang lambang karahayon atau kemakmuran sebuah kerajaan. Nogososro mewakili wahyu keprabon yang hilang dari tahta Demak dan Sabuk Inten mewakili kemuliaan dan kejayaannya. Dua keris ini adalah maha karya cipta Mpu Supo.
Banyak versi telah mengungkap legenda Keris Nogososro dan Sabuk Inten.
Namun di zaman modern seperti sekarang, keris berdapur Sabuk Inten
lebih menarik minat seseorang untuk memilikinya. Tak lain karena keris
tersebut diyakini bisa melancarkan rejeki dan mendatangkan kemuliaan.
Ini dibenarkan oleh seorang pemilik keris Sabuk Inten berpamor pendaringan kebak,
Sejak zaman Majapahit, Keris Sabuk Inten memang sudah mewakili
golongan bangsawan atau kaum mapan, sehingga diperangi oleh keris Kiai
Sengkelat yang mewakili kaum marjinal atau golongan rakyat jelata yang
merasa terpinggirkan. Dua keris yang melambangkan situasi perpecahan di
masa akhir Majapahit ini lalu memunculkan keinginan untuk bersatu padu
yang juga dimanifestasikan dalam bentuk keris, Kiai Condong Campur.
Setelah berabad abad lamanya waktu berpilin, pamor keris berikut
legendanya masih dipercaya kebenarannya. Kiai Nogososro sebagai simbol
wahyu keprabon yang hilang dari Keraton Demak, dulu sering diburu oleh
para calon pemimpin atau presiden. Namun sebagai simbol wahyu
kepemimpinan, Keris Mpu Gandring relatif lebih populer dibanding keris
Nogososro. Bagaimana dengan Keris Kiai Sabuk Inten?
Mpu Djeno Harumbrodjo, keturunan ke-17 Mpu Supo-Majapahit mengatakan
kepada posmo, pada dasarnya keris berdapur Sabuk Inten semuanya berluk
11. Ini berbeda dengan keris Condong Campur yang terdapat dua versi,
berluk 13 dan tanpa luk atau lurus. Menurut Mpu Djeno, Kiai Condong
Campur bahkan disebutkan ada yang berluk 5. Perbedaan ini semakin
membuat rumit pengelompokkan jenis keris. Mpu Djeno sendiri juga mengaku
setengah menyesal dengan perkembangan keris saat ini yang nama dan
maknanya beragam sehingga sulit untuk dipakemkan.
Keris Sabuk Inten, terang Mpu Djeno, hanya berbeda tipis dengan Keris
Condong Campur atau Nogososro. Ciri khas keris berdapur Sabuk Inten
adalah luk 11, dengan dua jalu memet dan dua lambe gajah. Pada bilahnya
tidak terdapat sogokan. Ada pun pamornya bisa Beras Wutah, Udan Mas,
Blarak Sineret, Ron Genduru dan banyak lagi. Sedangkan gagang dan
warangka, menurutnya, tidak begitu signifikan sebagai pembeda. “Yang
penting dari sebilah keris adalah wilah atau bilah dan ricikan serta
pamornya”, kata Mpu Djeno.
Perbedaan jenis pamor, lanjut Mpu Djeno, juga berdampak pada perbedaan
tuah keris. Beras Wutah merupakan pamor untuk menghasilkan kelancaran
rejeki, Udan Mas cocok untuk para pebisnis dan Blarak Sineret untuk
kewibawaan. Namun, beberapa pamor keris dengan nama berbeda seringkali
sama tuahnya, misalnya pamor Beras Wutah dan Udan Mas. Sedangkan pamor
Blarak Sineret dan Ron Genduru juga sama tuahnya, yakni untuk
kewibawaan.
Mpu Djeno mengatakan, jenis pamor yang multi tuah dan makna itu
kemudian dipertegas dengan jumlah luk-nya. Luk 11 pada intinya merupakan
lambang kedinamisan dan semangat pantang menyerah untuk menggapai
tujuan. Dengan demikian, Keris Sabuk Inten dengan luk 11 dan pamor
pendaringan kebak, menjadi tegas makna dan tuahnya sebagai keris yang
berperbawa
besar untuk sebuah kemuliaan atau kejayaan dan semangat pantang
menyerah.
dari berbagai sumber.
segalanya bisa terjadi karena ridho Allah swt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar